Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Pemikiran Politik Hasan Al Banna

Hasan Al Banna lahir di Mahmudiyah, sebuah desa yang terletak di Al Bahira, Mesir pada Sya’ban 1324 H/ September 1906 M. Ayahnya bernama Syekh Ahmad Abdurahhman Al-Banna, seorang penghafal Al-Quran. Sehingga masa kecil Hasan Al- Banna di hiasi dengan tahfiz quran dari ayahnya. Selain itu ayahnya juga dikenal sebagai ulama bidang hadist dan juga seorang imam masjid serta pegawai syariyah di desa tempat mereka tinggal.

Pendidikan Hasan Al Banna dimulai di madrasah Diniyah Al Rashad, lalu lanjut di Madrasah I’Dadiyah,  kemudian ke Dar Al Mu’allimin di Damanhur, dan berakhir di Kairo yaitu di sekolah tinggi di Dar Al Ulum pada tahun 1923. Menjelang akhir hasil studinya, ia menyusun memorinya pada 1927. Sebuah pelajaran berharga yang Ia dapat adalah kemampuan mengorganisasi massa dan mengerahkan mereka dalam kegiatan penyadaran umat melalui khotbah di masjid sampai ke kedai kopi. 

Pada september 1927, Hasan Al Banna pergi ke Isma’Iliyah. Di sana ia menjadi seorang pengajar di sebuah sekolah pemerintah. Pada tahun 1928 ia kemudian mendirikan sebuah organisasi keislaman bernama Ikhwanul Muslimun. 

Ikhwanul Muslimun ini banyak melakukan dakwah di kedai-kedai kopi. Arah pergerakannya di anggap sedikit berbeda dari kebanyakan orang yang melakukan dakwah di mesjid-mesjid. Namun gerakannya ini mulai diminati masyarakat hingga Hasan Al Banna dimintai untuk melakukan dakwah yang lebih intens.

Setelah kembali ke Kairo, Hasan Al Banna tetap membawa gerakan Ikhwanul Muslimun ke sana, hingga gerakan tersebut menjadi gerakan nasional di Mesir pada tahun 1932. Dimulai ketika Hasan al Banna mengirimi perdana menteri surat, kemudian dilakukan juga kepada pejabat-pejabat Arab lainnya dan akhirnya menjadi sebuah gerakan besar bahkan memiliki lembaga pers tersendiri.

Semakin lama gerakan Ikhwanul Muslimun semakin disukai oleh masyarakat. Utamanya mereka yang ingin berperang di medan perang Arab-Israel. Namun pada 1948, Ikhwanul muslimun akhirnya dibubarkan oleh pemerintah Mesir karena sebuah fitnah. Pembubaran itu bermula karena sebuah kesenjangan koordinasi gerakan dengan pemerintah Mesin dan puncaknya ketika Hasan Al Banna meninggal karena dibunuh oleh orang misterius pada akhir tahun 1367 H atau pada Februari 1949 M.

Latar Belakang Pemikiran Hasan Al Banna
Berikut beberapa hal yang mempengaruhi pemikiran Hasan Al Banna
  1. Bergabungnya Hasan Al Banna dalam tarekat Al-Hasafiyah membuat dirinya dekat dengan para sufi. Hubungan kedekatan itu membuat ia begitu menghargai tasawuf. 
  2. Kepergiannya ke kairo pada tahun 1923 untuk belajar. Dimana pada saai itu di mesir terjadi pergolakan politik yang cukup mempengaruhi perkembangan pemikirannya tentang politik.
  3. Saat menginjak remaja, Hasan Al Banna menyaksikan penurunan kepemimpinan khilafah ditandai dengan runtuhnya pemerintahan Turki Usmani oleh Mustafa Kemal Ataturk. Saat itu banyak rakyat muslim yang kemudian menciptakan aturan berdasarkan akal mereka bukan lagi berdasarkan Al-Quran.
  4. Mesir pada saat itu masih dirundung oleh kolonialisme Inggris dan pengaruh sosio-budaya barat sangat mempengaruhi masyarakat muslim. Penjajahan inggris menyebabkan kesenjangan antara yang kaya dan miskin. Semua itu tidak mampu dibendung oleh ulama di Mesir pada saat itu.

Pemikiran Politik Hasan Al-Banna
Sebenarnya Hasan Al Banna bukanlah seorang pemikir yang menghasilkan gagasan keislaman. Namun beliau hanya mengimplementasikan pemikirannya ke dalam bentuk-bentuk gerakannya. Salah satu contohnya ketika beliau ingin pembaruan corak prinsip negara. Hasan Al Banna melancarakan aksinya dengan masuk ke pemerintahan dan menduduki kursi parlemen. Hasan Al Banna sangat menjunjung tinggi hakikat iman kepada Allah. Bisa di katakan corak gerakan Hasan Al Banna adalah salafiyah yaitu menjadikan Alquran sebagai pedoman ilmiah dan amaliah.
  1. Bentuk Negara. Menurut Hasan Al Banna, bentuk negara ideal adalah Negara Khilafah. Pola yang musti di terapkan adalah tetap menjadikan musyawarah sebagai proses dalam pemilihan seorang pemimpin. Pemerintah tetap harus menjalin kerjasama kepada masyarakat. Negara islam harus tetap menjamin penghidupan masyarakatnya makmur. 
  2. Dasar dan tujuan berdirinya negara islam. Terbentuknya negara islam menurut Hasan Al Banna bersumber pada prinsip Alquran dan hadis. Dalam bukunya Ushul Al Isyirin, beliau mengatakan bahwa islam memilki aturan yang lengkap mengenai negara, pemerintahan,dan masyarakat,moran dan kekuasaan, peradaban dan undang-undang,ilmu pengetahuan dan hukum,harta dan kerja,serta dakwah dan jihad. Masing-masing saling melengkapi dan sama derajatnya. Beliau mengungkapkan langkah pembentukan negara :
    1. Dakwah Umum: yaitu dakwah untuk mendidik umat,melakukan pendekatan, menyucikan jiwa, dan mengumandangkan prinsip-prinsip kebebasan, jihad dan berkarya dalam masyarakat.
    2. Dakwah Khusus: di lakukan di kalangan pemerintah dan pejabat. 
    3. Mendirikan Negara: melakukan islamisasi hukum di suatu negara
    4. Mengembalikan Khilafah: merupakan tujuan akhir Hasan Al Banna

Daftar Pustaka

Syaidah,Umrotul Pemikiran Politik Hasan Al Banna (di akses di Academia.edu)
Dewi,Rusmala, pemikiran politik Hasan Al Banna (di akses di jurnal raden fatah.ad.id)
Ibrahim, ahmad izahan dkk, pemikiran politik hasan al banna,syed qutb dan tuan guru nik abdul aziz nik mat: satu analisis (Asian People Jurnal,fakulti pengajian komteporari islam Unizza Kuala Lumpur)

8 comments for "Pemikiran Politik Hasan Al Banna"

  1. Yg ingin saya tanyakan. Apakah hukum mendirikan khilafah?
    Masih cocok kah untuk era sekarang?

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya kira pemahaman org tentang khilafah berbeda-beda. tidak ada pendapat yg salah. apakah cocok untuk sekarang ? hmmm saya pikir tergantung pemahaman masing-masing. contohnya, andaikata saya memahami khilafah adalah negara berdasarkan alquran dan hadis, kemudian saya mlihat pancasila ada 5 point sebagai dasar negara. dri lima poin itu saya tidak melihat ada yg bertentangan dgn alquran dan hadis. maka saya akan mengatakan yah cocok, karena pemahaman sya tntang khilafah yah spt itu. kecuali ketika pemahaman saya tntang khilafah adalah negara dengan fanatisme keislaman . mungkin beda lagi. jadi saya pikir cocok tidaknya tergantung pemahaman orang tentang khilafah. andaikan semua org memiliki persepsi yang sama tentang khilafah maka akan sangat mudah menjawabnya. sayangnya pemahaman mengenai negara khilafah begitu multitafsir menurut anda sendiri bagaimana ? :)

      terimakasih komentarnya.jangan lupa mampir di web kami lagi yah
      tunggu karya karya tulisan kami selanjutnya..

      Delete
    2. Assalammualaikum saya kembali kesini karena iseng cek gmail tentang komentar blog yang saya singgahi :D

      Menurut saya ideologi khilafah tidak cocok untuk era sekarang karena adanya equality tentang sosial, budaya, dan agama di Indonesia. Saya sering dengar mereka yang berada di garis keras sangat meggembar gemborkan khilafah. Padahal menurut saya urgensi sebagai umat Muslim bukanlah hal itu. Justru yang di perjuangkan adalah ibadahnya dan kepedulian sesama umat muslim. Harusnya memulai dengan hal-hal kecil dengan memperhatikan kemakmuran ummat bukan berpikir langsung ke arah berdirinya khilafah. Saya setuju saja khilafah berdiri jika pemeluk Islam sudah lebih dari 80% di dunia ini. Karena mungkin akan lebih mudah menyatukan pemikiran dunia tanpa pertumpahan darah. Tapi faktanya sekarang Indonesia saja adalah negara yang bependuduk majemuk. Pancasila di rumuskan atas campur tangan para ulama dan Indonesia merdeka bukan hanya jasa orang-orang muslim saja, di lain agamapun ikut memperjuangkan kemerdekaan. Jadi makmurkanlah Islam yang di damba olehmu di negeri yang sudah merdeka ini tanpa harus merusak perjuangan para pahlawan yang mendirikan tanah air dengan jerih payah mereka.

      Delete
  2. Hasan Al Banna sering saya dengar dalam perbincangan mengenai politik. Temen-temen saya tuh suka banget cerita tentang politik, lah saya sendiri malah gak suka😅

    ReplyDelete