Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Peradaban Islam di Indonesia

Assalamualaikum, Anyeong Yorobun, Jonenun Chidory Ibnida and Iam Back. 
Halo sahabat pembaca. Nah, untuk postingan kali ini, chidory akan berbagi kepada kalian tentang tugas kuliah chidory. Lengkap dengan sumbernya. selamat membaca yah .

PENDAHULUAN

Dalam mempelajari suatu pembahasan tentang peradaban islam di Indonesia, seperti agama dan termasuk agama iskam yang dimana harus bermula dari mempelajari aspek geografis dan gografi persebaran agama-agama di dunia. Setelah itu dapat dipahami pula proses kelahiran islam sebagai salah satu dari agama di dunia. Kemudian untuk dapat memehami proses perkembangan islam sehingga menjadi salah satu agama yang dianut oleh penduduk dunia yang cukup luas sehingga menjadi salah satu agama yang dianut oleh penduduk yang cukp luas, harus dikenali terlebih dahulu tokoh penerima ajaran yang sekaligus menyebarkan agama islam yaitu Nabi Muhammad saw sang pembawa risalah.

Agama islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia. Agama islam pertama kali diajarkan Rasulullah di Mekkah di tengah-tengah kaum jahiliyah. Setelah kurang lebih 13 tahun berdakwah di Mekkah, kemudian beliaupun hijrah ke Madinah dan menyebarkan agama islam di sana. Setelah Rasulullah wafat, maka penyebaran agama islam diteruskan oleh para sahabat, tabi’in, para wali, para ulama dan para tokoh perjuanagn islam dari satu tempat ketempat lain. Akhirnya agama islam pun tersebar dari Jazirah Arab sampai ke Eropa, Afrika, India, China dan Indonesia. Proses penyebaran agama islam tersebut berlangsung secara bertahap dan berkesinambungan dengan berbagai cara.

Yang lebih mengagumkan lagi, masuk dan diterimanya agama islam di Indonesia bukan melalui jalan kekerasan, namun dengan melalui hubungn dagang dan kontak sosial kemasyarakatan yang terjalin dengan baik. Para pendakwah dalam menyebarkan agama islam selalu mampu menunjukkan kepada para penduduk di negeri yang mereka datangi dengan berdakwah secara persuasif yaitu berdakwah dengan cara berdakwah melalui proses yang baik dengan pendekatan tradisi, adat, dan budaya lokal.

PEMBAHASAN

A.Pengertian Peradaban Islam

Peradaban Islam adalah terjemahan adalah terjemahan dari kata Arab al-Hadharah al-Islamiyah. Kata arab ini sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kebudayaan islam. ‘’Kebudayaan’’ dalam bahasa Arab adalah Tsaqafah. Di indonesia, sebagaimana juga Arab dan Barat, masih banyak orang yang mensinonomkan dua kata kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologi lebih berkaitan dengan peradaban . Dan kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni. Defenisi peradaban Islam disini yakni islam yng diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang dan tidak dikenal serta terabaikan terhadap bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju dan cepat mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang.[1]

Mengenai perdaban islam yaitu dapat diartikan sebagai kejadian-kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa silam yang diabaikan di mana pada saat itu islam merupakan pokok kekuatan dan sebab timbulnya suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi serta sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.

B. Peradaban Islam di Indonesia

2. 1 Sebelum Kemerdekaan

Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau abad ke-7 sampai abad ke-8 Masehi. Ini didasarkan pada penemuan batu nisan seorang wanita muslimah yang bernama Fatimah Binti Maimun dileran dekat Surabaya bertahun 475 H atau 1082 M. Sedang menurut laporan seorang musafir Maroko ibnu batutah yang mengunjungi samudera Pasai dalam perjalanannya ke negeri China pada tahun 1345 M. Agama islam yang bermahzab Syafi’i telah manetap disana selama se abad, oleh karena itu berdasarkan bukti ini abad ke XIII di anggap sebagai awal masuknya agama islam ke Indonesia.

Daerah yang pertama-tama di kunjungi adalah sebagai berikut :

  1. Pesisir Utara Pulau Sumatera, yaitu di peureulak Aceh Timur, kemudian meluas sampai bisa mendirikan Kerajaan Islam pertama di Samudera Pasai, Aceh Utara.
  2. Pesisir Utara Pulau Jawa kemudian meluas ke Maluku yang selama beberapa abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu Kerajaan Maja Pahit.
Pada permulaan abad ke XVII dengan masuknya islam penguasa kerajaan Mataram, yaitu: Sultan Agung maka kemenangan agama islam hampir meliputi sebagian besar wilayah Indonesia. Sejak pertengahan abad ke XIX agama islam di Indonesia secara bertahap mulai meninggalkan sifat-sifatnya yang singkretik (mistik). Setelah banyak orang Indonesia mengadakan hubungan dengan Mekkah dengan cara menunaikan ibadah haji dan sebagainya ada yag bermukim bertahun-tahun lamanya.

Ada tiga tahapan ‘’masa’’ yang dilalui atau pergerakan sebelum kemerdekaan, yaitu:

1. Pada Masa Kesultanan

Daerah yang paling sedikit sekali disentuh oleh kebudayaan Hindu-Budha adalah daerah Aceh, Minangkabau di Sumatera Barat dan Banten di Jawa. Agama islam secara mendalam mempengaruhi kehidupan agama, sosial dan politik penganut-penganutnya sehingga di daerah-daerah tersebut agama islam itu telah menunjukkan dalam bentuk yang lebih murni. Dikerajaan tersebut agama islam tertanam kuat sampai  Indonesia merdeka. Salah satu buktinya adalah banyaknya nama-nama islam dan peninggalan-peninggalan yang bernilai keislaman.[1]

Dikerajaan Banjar dengan masuk islamnya raja banjar. Perkembangan islam selanjutnya tidak begitu sulit, raja menunjukkan fasilitas dan kemudahan lainnya yang hasilnya membawa kepada kehidupan masyarakat banjar yang benar-benar bersendikan islam. Secara konkrit kehidupan keagamaan di kerajaan banjar ini diwujudkan dengan adanya Mufti dan Qadhi atas jasa Muhammad Arsyad AL-Banjar yang ahli dalam bidang fikih dan Tasawuf.

Islam di Jawa pada masa pertumbuhannya diwarnai kebudayaan jawa, ia banyak memberikan kelonggaran pada sistem kepercayaan yang dianut agama Hindu-Budha. Hal ini memberikan kemudahan dalam islamisasi atau paling tidak mengurangi kesulitan-kesulitan. Para wali terutama wali songo sangatlah berjasa dalam pengembangan agama islam di pulau Jawa. Penguasa terakhir kerajaan majapahit adalah Prabu Kertawijaya, setelah mendengar penjelasan Sunan Ampel dan Sunan Giri, maksud agama islam dan agama Budha itu sama, hanya cara beribadahnya yang berbeda. Oleh karena itu ia tidak melarang rakyatnya untuk memeluk agama baru itu (agama Iaslam), asalkan dilakukan dengan kesadaran, keyakinan, dan tanpa paksaan atau pun kekerasan.[2]

2. Pada Masa Penjajahan

Pedagang barat datang ke Indonesia dengan watak yang berbeda dengan pedagang Arab, Persia, dan india, dimana mereka adalah umat yang beraga islam. Pedagang barat yang datang ke Indonesia yang beragama kristen melakukan misinya dengan kekerasan terutama dengan teknologi persenjataan Indonesia. Tujuan mereka datang adalah untuk manjatuhkan  kerajaan-kerajaan islam di pesisir kepulauan Indonesia. Pada mulanya mereka datang ke indonesia untuk menjalin hubungan dagang, karena indonesia kaya dengan rempah-rempah, kemudian mereka ingin memonopoli perdagangan tersebut

Pada waktu itu kolonial belanda tidak berani mencampuri masalah islam, karena mereka belum mengetahui ajaran islam dan bahasa Arab, dan juga belum mengetahui sistem sosial islam. Pada tahun 1808 pemerintah belanda mengeluarkan instruksi kepada para bupati agar urusan agama tidak diganggu, dan para pemuka agama dibiarkan untuk memutuskan perkara-perkara dibidang perkawinan dan kewarisan

Snouck mempunyai pengalaman dalam penelitian lapangan di Arab, jawa dan Aceh lalu beliau mengemukakan gagasannya yang dikenal dengan politik islam. Dengan gagasannya itu beliau membagi masalah islam dalam tiga kategori yaitu:

  1. Bidang Agama murni atau ibadah. Pemerintah kolonial memberikan kemerdekaan kepada umat islam untuk meaksanakan agamanya sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah belanda.
  2. Bidang Sosial Kemasyarakatan. Hukum islam baru bisa diberlakukan apabila tidak bertentangan dengan adat kebiasaan.
  3. Bidang politik. Orang islam dilarang membahas hukum islam, baik Al-Quran maupun Sunnah yang menerangkan tentang politik kenegaraan dan ketata negaraan.[3]
3. Pada Masa Kemerdekaan

Terdapat asumsi yang senentiasa melekat dalam setiap penelitian sejarah bahwa masa kini sebagian dibentuk oleh masa lalu dan sebagian masa depan dibentuk hari ini. Demikian pula  halnya dengan kenyataan umat islam indonesia pada masa kini, tentu sangat dipengaruhi oleh masa lalu. Islam di Indonesia telah diakui sebagai kekuatan cultural tetapi islam dicegah untuk merumuskan bangsa indonesia menurut versi islam. Sebagai kekuatan moral dan budaya, islam diakui keberadaannya tetapi tidak pada kekuatan politik secara rill dan nyata di negeri ini. Seperti halnya pada masa penjajahan belanda sesuai dengan pendapat Snouck Hurgronye, islam sebagai kekuatan ibadah sholat atau soal haji perlu diberi kebebasan, namun sebagai kekjuatan politik perlu dibatasi. Perkembangan selanjutnya pada masa orde lama islam telah diberi tempat tertentu dalam konfigurasi (bentuk/wujud) yang paradoks, terutama dalam dunia politik. Sedangkan pada masa orde baru tampaknya islam diakui hanya sebatas sebagai landasan moral bagi pembangunan bangsa dan negara.[4]

Adapun peradaban Islam di Indonesia sebelum kemerdekaan seperti :

1. Birokrasi Keagamaan

Oleh karena peneybaran islam di indonesia pertama-tama dilakukan oleh para pedagang, pertumbuhan komunitas islam bermula di berbagai pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatera, Jawa dan pulau lainnya. Kerajaan-kerajaan islam yang pertama berdiri juga di daerah pesisir. Demikian halnya dengan kerajaan Samudera Pasai, Aceh, Demak., Banten dan Cirebon, Ternate dan Tidore. Dari sana kemudian islam menyebar ke daerah-daerah sekitar. Begitu pula yang terjadi di Sulawesi dan Kalimantan. Menjelang akhir abad ke-17, pengaruh islam sudah hampir merata di berbagai wilayah penting dinusantara.[5}

Disamping merupakan pusat-pusat politik dan perdagangan, ibu kota kerajaan juga merupakan tempat berkumpul para ulama dan mubalig islam. Ibn Batutha menceritakan sultan kerajaan Samudera Pasai, Sultan Al-Malik Al-Zahir, dikelilingi oleh ulama dan muballig islam, dan raja sendiri sangat menggemari diskusi mengenai masalah-masalah keagamaan. Raja-raja Aceh mengangkat para ulama menjadi penasihat dan pejabat di bidang keagamaan. Sultan iskandar muda (1607-1636 M) mengangkat Syaikh Syamsuddin Al-Sumatrani menjadi mufti (qadhi malikul adhil) kerajaan Aceh, sultan iskandar tsani(1636-1641 M) mengangkat syaikh nuruddin Al-Raniri menjadi mufti kerajaan dan sultanah saefatuddin Syah mengangkat Syaikh Abdur Rauf Singkel.[6]

Kedudukan ulama sebagai penasihat raja terutama dalam bidang keagaamaan juga terdapat di kerajaan-kerajaan islam lainnya. Di Demak, penasehat Raden Fatah, raja Pertama Demak, adalah para wali, terutama sunan ampel dan sunan kalijaga. Sunan gunung jati (Syarif Hidayatullah) bahkan disamping berperan sebagai guru agama dan mubalig, juga langsung berperan sebagai kepala pemerintahan. Diternate sultan dibantu oleh sebuah badan penasihat atau lembaga adat.[7]

2. Ulama dan Ilmu-Ilmu Keagamaan

Penyebaran dan pertumbuhan kebudayaan islam di indonesia terutama terletak di pundak para ulama. Paling tidak, ada dua cara yang dilakukan. Pertama, membentuk kader-kader ulama yang akan bertugas sebagai mubalig de daerah-daerah yang lebih luas. Cara ini dilakukan dalam lembaga-lembaga pendidikan islam yang dikenal dengan pesantren di Jawa, dayah di Aceh, dan surau di minangkabau. Kedua, melalui karya-karya yang tersebar dan dibaca diberbagai termpat yang jauh. Karya-karya tersebut mencerminkan perkembangan pemikiran dan ilmu-ilmunkeagamaan di indonesia pada masa itu. Pada abad ke -16 dan ke-17, banyak sekali bermunculan tulisan-tulisan para cendekiawan islam di indonesia Syed Muhammad Nquid Al-Attas mengatakan abad-abad itu menyaksikan suatu kesuburan dalam penulisan sastra, filsafat, metafisika, dan teologi rasional yang tidak dapat tolok bandingnya di mana-mana di zaman apa pun di Asia Tenggara. Akan tetapi perlu juga diketahui bahwa ketika tradisi pemikiran islam mulai terbentuk di kepulauan indonesia ini di pusat dunia islam bidang pemikiran ini telah mapan. Bahkan di sana dikenal dengan masa kebekuan, masa kemunduran pemikiran dalam bidang agama karena digalakkannya taklid. Dunia pemikiran ini berkembang di indonesia bagaimanapun mempunyai akar pada tradisi pemikiran yang telah berkembang di pusat dunia islam tersebut sebelumnya.[8]

Ilmuwan muslin terkenl petama di indonesia adalah Hamzah Fansuri, seorang tokoh sufi terkemuka yang berasal dari fansur sumatera utara. Ulama lainnya ada yang dari aceh yaitu Nuruddin Al-raniri yang banyak menulis buku ia berasal dari India keturunan Arab Quraisy. Penulis lainnya juga berasal dari kerajaan aceh adalah Abdarruf singkel yang mendalami ilmu pengetahuan islam di mekah dan madinah. Disulawesi selatan pemikiran tasawuf yang sama juga berkembang teruutama melalui Syaikh Yusuf Makassar (1626-1699) yang lama belajar di timur tengah yang karya-karyanya kebanyakan di bidang tasawuh itu diperkirakan berjumlah 20 buah dan sekarang masih dalam bentuk naskah yang belum diterbitkan.

3. Arsitek Bangunan

Oleh karena itu perbedaan latar belakang budaya arsitektur bangunan-bangunan islam di indonesia berbeda dengan yang terdapat du dunia islam lainnya. Hasil-hasil seni bangunan pada zaman pertumbuhan dan perkembangan islam di indonesia antara lain masjid-masjid kuno demak, sedang duwur agung kesepuhan di cirebon, masjid agung banten , baiturrahman di aceh, dan di daerah-daerah lainnya. Masjid-masjid itu menunjukkan keistimewaan dalam denahnya yang berbentuk persegi empat atau bujur sangkar dengan bagian kaki yang tinggi serta pejal, atapnya bertumpang dua, tiga, lima atau lebih, dikelilingi parit atau kolam air di bagian depan atau sampingnya yang berserambi. Bagian-bagian lain seperti mihrab dengan lengkung pola kalamakara,mimbar yang mengingatkan akan ukiran-ukira pola teratai , mastaka atau memolo menunjukkan seni-seni bangunan tradisional yang telah dikenal di indonesia sebelum kedatangan islam.[9]

2.2 Sesudah Kemerdekaan

2.2.1 Pra Kemerdekaan

Ajaran islam pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat dijinakkan begitu saja. Berdasarkan pengalaman melawan penjajah yang tak mungkin dihadapi dengan perlawanan fisik, terapi harus melalui pemikiran-pemikiran dan kekuatan organisasi seperti: - Budi Utomo (1908)-taman siswa (1922), Sarekat Islam (1911)-nahdatul ulama (1926), muhammadiyah (1912)-partai nasional indonesia (1927)

Organisasi perbaharu terpenting dikalangan organisasi tersebut adalah muhammadiyah yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan, dan nahdatul ulama yang dipelopori oleh K.H Hasyim Asy’ari. Untuk mempersatukan pemikiran guna menghadapi kaum penjajah, maka muhammadiyah dan nahdatul ulama bersama sama menjadi sponsor pembentukan federasi islam yang baru disebut majelis islan ala indonesia(majelis islam tertinggi di indonesia) yang disingkat MIAI yang dididrikan di surabaya pada tahun 1937.

Masa pemerintahan jepang ada tiga pranata sosial yang dibentuk oleh pemerintahan jepang yang menguntungkan kaum muslim di indonesia yaitu:
  • Shumubu yaitu kantor urusan agama yang menggantikan kantor urusan pribumi zaman belanda yang dipimpin oleh hoesein djayadiningrat pada 1 oktober 1943.
  • Masyumi, (majelis Syura Muslimin Indonesia) menggantikan MIAI yang dibubarkan pada bulan oktober 1943 tujuan didirikannya adalah selain untuk memperkokohkan persatuan umat islam di indinesia juga untuk meningkatkan bantuan kaum muslimin kepada usaha peperangan jepang
  • Hizbullah,(partai Allah atau Angkatan Allah) semacam organisasi militer untuk pemuda-pemuda muslimin yang dipimpin oleh zainul arifin. Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal tentara nasional indonesia (TNI).
2.2.2 Pasca Kemerdekaan

Organisasi-organisasi yang muncul pada masa sebelum kemerdekaan masih tetap berkembang di masa kemerdekaan, seperti muhammadiyah,nahdatul ulama, masymi. Namun ada gerakan-gerakan islam yang muncul sesudah tahun 1945 sampai akhir orde lama. Gerakan ini adalah DI/TII yang berusaha dengan kekerasan untuk merealisasikan cita-cita negara islam di indonesia.gerakan-gerakan kekerasan yang bernada islam ini terjadi diberbagai daerah di indonesia yaitu di jawa barat pada tahun 1949-1962, di jawa tengah pada tahun 1965, di sulawesi berakhir pda tahun 1965 , di kalimantan berakhir pada tahun 1963, dan di aceh pada tahun 1953 yang berakhir dengan kompromi pada tahun 1957.[10]

Adapun peradaban islam di indonesia setelah kemerdekaan yaitu :

1. Departemen Agama

Sebagaimana telah disebutkan, sejak awal kebangkitan nasional posisi agama sudah mulai dibicarakan dalam kaitannya dengan politik atau negara. Ada dua yang berpendapat tentang hal itu, satu golongan berpendapat negara indonesia merdeka hendaknya merupakan sebuah negara sekuler negara yang dengan jelas memisahkan persoalan agama dan politik. Golongan lainnya berpendapat negara indonesia merdeka adalah negara islam. Kedua pendapat itu terlihat sebelum kemerdekaan dalam polemik antara soekarno dan agus salim, kemudian dengan M. Natsir di akhir tahun 1930-an dan awal 1940-an diskusi dan pedebatan sidang-sidang BPUBKI yang menghasilkan piagam jakarta.[11}

Departemen agama dahulu namanya kementrian agama yang didirikan pada masa kabinet syahrir yang mengambil keputusan tanggal 3 januari 1946 untuk memberikan sebuah konsensi kepada kaum muslimin. Usaha untuk mendirikan departemen itu mulanya mendapat halangan dari para perumus UUD 1945 ketika PPKI mengadakan rapat pada tanggal 19 agustus 1945.[12]

2. Pendidikan

Sebagaimana telah disebutkan salah ssatu tugas penting yang dilakukan departemen agama adalah menyelenggarakan, membimbing, dan mengawasi pendidikan agama. Lembaga-lembaga pendidikan islam sudah berkembang dalam beberapa bentuk sejak zaman penjajahan belanda. Salah satu pendidikan tertua di indonesia adalah pesantren yang tersebar di berbagai pelosok. Tidak hubungan antara satu dengan yang lain. Lembaga ini dipimpin oleh seorang ulama atau kiai. Untuk tingkat lanjutan tidak ada kurikulum yang jelas pada lembaga ini kemajuan seorang penuntut sangat ditentukan oleh kerajinan, kesungguhan, dan ketekunan masing-masing.[13]

3. Hukum Islam

Salah satu lembaga islam yang penting dan juga ditangani oleh departemen agama adalah hukum atau syariat. Pengadilan islam di indonesia membatasi dirinya pada soal-soal hukum muamalat yang bersifat pribadi. Hukum muamalat pun terbatas pada masalah nikah, cerai,dan rujuk, hukum waris wakaf, hibaj dan baitul mal

Keberadaan lembaga peradilan agama di masa indonesia merdeka adalah kelanjutan dari masa  kolonial belanda. Pada masa pendudukan jepang, pengadilan agama tidak mengalami perubahan. Setelah indonesia merdeka jumlah pengadilan agama bertambah, tetapi administrasinya tidak segera diperbaiki.

4. Haji

Indonesia termasuk negeri yang banyak mengirim jamaah haji. Di masa penjajahan tahun kemuncak ialah tahun 1926/1927 sekitar 52.000 orang berangkat ke mekah. Tetapi pada umumnya dalam keadaan biasa jumlah jamaah meningkat cepat karena keinginan menunaikan ibadah haji semakin kuat dan angka tertinggi sampai tahun 1992 tercapai sekitar 107.000 orang jamaah haji indonesia diberagkatkan. Semenjak zaman penjajahan belanda umat islam indonesia ingin mempunyai kapal laut untuk dipergunakan dalam penyelenggaraan perjalanan haji akan tetapi selama zaman jajahan keinginan pun tidak terwujud. Setelah indonesia merdeka usaha ini dilanjutkan pada tahun 1950 sebuah yayasan perjalanan haji indonesia didirikan di jakarta. Pemerintah memberikan kuasa kepada yayasan itu untuk menyelenggarakan yayasan haji.[14]

5. Majelis ulama Indonesia

Di samping departemen agama, cara lain pemerintahan indonesia dalam menyelenggarakan admistrasi islam ialah mendirikn majelis ulama. Suatu program pemerintah.bisa berjalan dengan baik bila disokong oleh ulama. Karena itu kerjasama antara pemerintah dan ulama itu perlu terjalin dengan baik. Pertama kali majelis ulama di dirikan pada masa pemerintahan soekarno. Majelis ini pertama tama di dirikan di daerah-daerah karena diperlukan untuk menjamin keamanan, majelis-majelis ulama di provinsi lain didirikan jauh kemudian yaitu setelah majelis pusat berdiri pada bulan oktober 1962, sesui dengan keinginan dan instruksi pemerintah pusat.[15]



[1] Dedi Sahputra,Sejarah Peradaban Islam,Vol 1, No 2 (2017)hlm 1-2
[2] Ibid hlm 5
[3] Ibid hlm 6-8
[4] Ibid hlm 10
[5]Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,hlm 299
[6]Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,hlm 300
[7] Ibid hlm 300-301
[8]Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,hlm 301-302
[9] Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,hlm 304-305
[10]  Dedi Sahputra,Sejarah Peradaban Islam,Vol 1, No 2 (2017)hlm 1-5
[11] Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,hlm 306
[12] Ibid hlm 307
[13] Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,hlm 309
[14] Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,hlm 317-319
[15] Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,hlm 320-321

5 comments for "Peradaban Islam di Indonesia"

  1. Peradaban Islam sangat bagus dengan kehadiran para Ulama seperti Imam Syafi'i, ilnuwan seperti Ibnu Sina, dan kepala negaya yang hebat seperti Imam Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu juga panglima pemberani seperti Khalid bin Walid radhiyallahu'anhu ๐Ÿ˜Š

    Tapi sayangnya kehadiran tokoh bengis seperti Yazid bin Muawiyah, Hajjaj bin Yusuf dan Ibnu Siyad yang mencoreng sejarah Islam masa lalu๐Ÿ˜

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah sekarang jadi tau bagaimana sejarah peradaban Islam. Terima kasih sudah menambah wawasan saya,

    ReplyDelete